KULIAH BUKAN UNTUK MENCARI IJAZAH..TAPI, UNTUK BELAJAR

"Seribu Orang Tua Hanya Bisa Bermimpi. Tetapi seorang Pemuda Bisa Mengubah Dunia"

"Saat Kita Punya Sedikit saja rasa peduli akan SEKITAR. Disitu Kita telah Memperbaiki Kualitas Pendidikan Negara Kita"

(bernata manalu)

Senin, 11 Mei 2015

pengaruh globalisasi terhadap jati diri bangsa



Globalisasi merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengertian terbukanya satu negara terhadap negara lain.
Dari judul di atas dapat diartikan bahwa apa yang akan kita kaji kali ini adalah tantangan atau hal yang harus dihadapi secara keseluruhan (global) terhadap keberadaan (eksistensi) jati diri bangsa.  Jati diri dapat diartikan sebagai ciri-ciri, identitas, gambaran, ataupun tanda (KBBI: 2001).

Jati diri atau ciri-ciri bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa yang lain. Perbedaan itu disebabkan oleh latar belakang sejarah, kebudayaan, maupun geografinya. Jati diri bangsa Indonesia terbentuk karena adanya kesamaan pengalaman sejarah rakyat Indonesia. Hal inilah yang menumbuhkan kesadaran akan persatuan Indonesia dan itu menjadi ciri bagi keberadaan bangsa Indonesia (identitas nasional bangsa Indonesia).

Globalisasi terhadap eksistensi jati diri bangsa

Seperti yang kita ketahui, sekarang ini adalah zaman globalisasi. Salah satu ciri yang menandainya adalah semakin kecilnya hambatan dalam berkomunikasi. Seluruh dunia dapat dikatakan seakan berada dalam satu genggaman. Jarak tidak menjadi hambatan yang berarti karena masalah itu dapat diatasi dengan kemajuan bidang komunikasi dan telekomunikasi.  
Globalisasi yang melanda dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya sampai saat ini masih memunculkan pro dan kontra. Hal ini disebabkan globalisasi itu sendiri dapat berdampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat, misalnya perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh.
Di era globalisasi ini, setiap bangsa bebas keluar masuk memberikan pengaruhnya kepada bangsa lain. Akibatnya, berbagai paham dan ideologi pun masuk ke bangsa lain, begitu pula bangsa Indonesia. Berbagai paham masuk ke Indonesia, baik itu paham yang berguna untuk kemajuan bangsa maupun paham yang dapat merusak moral bangsa. Paham-paham tersebut antara lain:
  1. Individualisme, yaitu suatu paham yang mementingkan kepentingan diri sendiri (individu).
  2. Materalisme, yaitu suatu paham yang selalu mengutamakan segala sesuatu berdasarkan materi.
  3. Sekularisme, yaitu suatu paham yang selalu mencerminkan kehidupan keduniawian.
  4. Hedonisme, yaitu suatu paham yang melihat bahwa kesenangan atau kenikmatan menjadi tujuan hidup dan tindakan manusia.
Jika pengaruh-pengaruh negatif tersebut diterima oleh masyarakat Indonesia dengan begitu saja tanpa menyaringnya terlebih dahulu, tentunya dapat mengancam eksistensi jati diri bangsa Indonesia.  Dalam hal ini, sangat diperlukan ketahanan dan ketangguhan bangsa Indonesia. Dengan modal ketahanan dan ketangguhan, kita akan menghadapi masalah yang timbul akibat globalisasi serta sikap bijaksana dalam memilah-milah budaya luar supaya pengaruh tersebut tidak merusak jati diri bangsa Indonesia.
Jati diri bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia yang merupakan konsep dasar kehidupan bernegara yang baik. Di dalamnya terangkum nilai-nilai dan norma-norma yang harus dianut dan diyakini kebenarannya serta sudah mengakar dalam masyarakat. Pancasila pun dipakai sebagai filter bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi pengaruh dari luar.

Globalisasi Versus Jati Diri Bangsa

Apa pun akibat globalisasi, kita harus siap menghadapinya. Kalau kita cermati, globalisasi mengakibatkan dampak baik dan buruk. Tentu kita sadari, sekarang ini penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. Hal itu didukung dengan adanya kemajuan di bidang teknologi, informasi, komunikasi, dan transportasi. Misalnya, suatu peristiwa yang terjadi di suatu negara dengan mudahnya dapat diakses di negara lain. Namun di sisi lain, globalisasi mendorong terjadinya pasar bebas dan imperialisme dalam bentuk baru. Dengan pemberlakuan pasar bebas, batas- batas penanaman modal dan asal barang menjadi semakin kabur. Sedangkan, imperialisme bentuk baru itu tercipta karena dalam globalisasi memungkinkan perkembangan paham liberalisme yang ditandai dengan dominasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.

Nah, untuk menyikapi hal itu, kita bangsa Indonesia harus memperkuat eksistensi jati diri bangsa. Hal itu dimaksudkan untuk menyaring berbagai pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia. Kita ambil pengaruh yang baik dan kita tolak pengaruh yang buruk atau mencari solusi terbaik dari pengaruh buruk itu. Dengan memperkuat jati diri bangsa Indonesia, tentunya kita tidak akan mudah terpengaruh oleh berbagai dampak globalisasi.

Simpulan

Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia dan merupakan tantangan bagi eksistensi jati diri bangsa. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai intrinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar