Globalisasi merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua
puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar
lima atau sepuluh tahun terakhir. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung
suatu pengertian terbukanya satu negara terhadap negara lain.
Dari judul di atas dapat diartikan bahwa apa yang akan kita
kaji kali ini adalah tantangan atau hal yang harus dihadapi secara keseluruhan
(global) terhadap keberadaan (eksistensi) jati diri bangsa. Jati diri
dapat diartikan sebagai ciri-ciri, identitas, gambaran, ataupun tanda (KBBI:
2001).
Jati diri atau ciri-ciri bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa yang lain. Perbedaan itu disebabkan oleh latar belakang sejarah, kebudayaan, maupun geografinya. Jati diri bangsa Indonesia terbentuk karena adanya kesamaan pengalaman sejarah rakyat Indonesia. Hal inilah yang menumbuhkan kesadaran akan persatuan Indonesia dan itu menjadi ciri bagi keberadaan bangsa Indonesia (identitas nasional bangsa Indonesia).
Globalisasi terhadap eksistensi jati diri bangsa
Seperti yang kita ketahui, sekarang ini adalah zaman
globalisasi. Salah satu ciri yang menandainya adalah semakin kecilnya hambatan
dalam berkomunikasi. Seluruh dunia dapat dikatakan seakan berada dalam satu
genggaman. Jarak tidak menjadi hambatan yang berarti karena masalah itu dapat
diatasi dengan kemajuan bidang komunikasi dan telekomunikasi.
Globalisasi yang melanda dunia pada umumnya dan Indonesia
pada khususnya sampai saat ini masih memunculkan pro dan kontra. Hal ini
disebabkan globalisasi itu sendiri dapat berdampak positif dan negatif bagi
kehidupan masyarakat, misalnya perubahan budaya yang terjadi di dalam
masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi
masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju
pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya
globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara
mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah
kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia
secara menyeluruh.
Di era globalisasi ini, setiap bangsa bebas keluar masuk
memberikan pengaruhnya kepada bangsa lain. Akibatnya, berbagai paham dan
ideologi pun masuk ke bangsa lain, begitu pula bangsa Indonesia. Berbagai paham
masuk ke Indonesia, baik itu paham yang berguna untuk kemajuan bangsa maupun
paham yang dapat merusak moral bangsa. Paham-paham tersebut antara lain:
- Individualisme, yaitu suatu paham yang mementingkan kepentingan diri sendiri (individu).
- Materalisme, yaitu suatu paham yang selalu mengutamakan segala sesuatu berdasarkan materi.
- Sekularisme, yaitu suatu paham yang selalu mencerminkan kehidupan keduniawian.
- Hedonisme, yaitu suatu paham yang melihat bahwa kesenangan atau kenikmatan menjadi tujuan hidup dan tindakan manusia.
Jika pengaruh-pengaruh negatif tersebut diterima oleh
masyarakat Indonesia dengan begitu saja tanpa menyaringnya terlebih dahulu,
tentunya dapat mengancam eksistensi jati diri bangsa Indonesia. Dalam hal
ini, sangat diperlukan ketahanan dan ketangguhan bangsa Indonesia. Dengan modal
ketahanan dan ketangguhan, kita akan menghadapi masalah yang timbul akibat
globalisasi serta sikap bijaksana dalam memilah-milah budaya luar supaya
pengaruh tersebut tidak merusak jati diri bangsa Indonesia.
Jati diri bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pancasila
adalah pandangan hidup bangsa Indonesia yang merupakan konsep dasar kehidupan
bernegara yang baik. Di dalamnya terangkum nilai-nilai dan norma-norma yang
harus dianut dan diyakini kebenarannya serta sudah mengakar dalam masyarakat.
Pancasila pun dipakai sebagai filter bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi
pengaruh dari luar.
Globalisasi Versus Jati Diri Bangsa
Apa pun akibat globalisasi, kita harus siap menghadapinya.
Kalau kita cermati, globalisasi mengakibatkan dampak baik dan buruk. Tentu kita
sadari, sekarang ini penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
berkembang. Hal itu didukung dengan adanya kemajuan di bidang teknologi,
informasi, komunikasi, dan transportasi. Misalnya, suatu peristiwa yang terjadi
di suatu negara dengan mudahnya dapat diakses di negara lain. Namun di sisi
lain, globalisasi mendorong terjadinya pasar bebas dan imperialisme dalam
bentuk baru. Dengan pemberlakuan pasar bebas, batas- batas penanaman modal dan
asal barang menjadi semakin kabur. Sedangkan, imperialisme bentuk baru itu
tercipta karena dalam globalisasi memungkinkan perkembangan paham liberalisme
yang ditandai dengan dominasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
Nah, untuk menyikapi hal itu, kita bangsa Indonesia harus memperkuat eksistensi jati diri bangsa. Hal itu dimaksudkan untuk menyaring berbagai pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia. Kita ambil pengaruh yang baik dan kita tolak pengaruh yang buruk atau mencari solusi terbaik dari pengaruh buruk itu. Dengan memperkuat jati diri bangsa Indonesia, tentunya kita tidak akan mudah terpengaruh oleh berbagai dampak globalisasi.
Simpulan
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan
pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia dan merupakan tantangan
bagi eksistensi jati diri bangsa. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan
bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi
disertai nilai-nilai intrinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan
isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang
kesatuan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar