Akhir pekan kemarin, berlangsung aksi
demonstrasi di 900 kota di seluruh dunia, yang diikuti puluhan ribu demonstran
yang menentang kapitalisme.
Sebuah peristiwa yang sangat menarik dan luar
biasa, yang belum terjadi sebelumnya. Situasi ini akan terus berlanjut, dan
pasti akan membawa perubahan besar, menjelang akhir abad 21 ini.
Di negara-negara besar, terutama di Barat,
situasi politik seperti rumput kering. Mudah terbakar. Semuanya sudah
membayangkan malapetaka di hari depan mereka. Perjuangan kekuatan-kekuatan yang
ingin mengakhiri kapitalisme, sudah sampai kepada kesimpulan yang tidak lagi
dapat ditawar-tawar.
Keserakahan orang-orang kaya, dan korporasi
yang dikendalikan para pemilik modal, dan kekuasaan yang terus dikendalikan
kaum pemilik modal, menghancurkan mayoritas rakyat di negara-negara Barat.
Terutama kelas menengah mereka. Kelas menengah dan kaum buruh dibuat menjadi
tidak berdaya menghadapi kondisi yang sangat mencengkeram mereka. Di mana negara
pun tidak berpihak kepada mereka, kaum kelas menengah.
Sejumlah besar orang muda menganggur,
pemerintah mengeluarkan program penghematan yang mencekik dan tidak populer.
Para elit keuangan bertanggung jawab atas krisis ekonomi global. Para ellite global
memanjakan para miliarder yang menguasai bank dan industri keuangan, dan
mengeluarkan dana talangan, yang mencapai ratusan miliar dan bahkan triliunan
dollar. Seperti yang terjadi di Amerika Serikat.
Tetapi, pemerintah membiarkan kelas menengah
mereka terlempar dalam kesengsaraan, dan mereka kehilangan rumah, pekerjaan,
jaminan sosial, dan pendidikan, serta menjadi orang-orang yang putus asa.
Sekarang jutaan orang di seluruh dunia, ingin menghancurkan kapitalisme yang
serakah, dan membuat sengsara itu.
Untuk memahami potensi gerakan yang ada
sekarang ini, ada baiknya membandingkannya dengan gerakan para aktivis kiri
secara global dalam setengah abad terakhir.
Terakhir kali lahir gerakan dalam skala besar
berlangsung di tahun 1960-an, ketika protes anti-pemerintah pecah dari Berkeley
ke Paris, Meksiko City sampai ke Praha.
Apa yang mendorong mereka melakukan protes
adalah perang di Vietnam, ancaman bencana nuklir, di mana cara kedua negara
adidaya (Uni Soviet dan Amerika Serikat) yang sangat berbeda-dalam menggunakan
perang dingin yang tujuannya masing-masing ingin menegakkan pengaruh mereka
secara global.
Protes dari akhir 1960-an membantu mengakhiri
Perang Vietnam dan mengantarkan berakhirnya era perang dingin, menyusul
kekalahan Uni Soviet di Afghanistan. Inilah yang kemudian melahirkan detente,
dan berakhirnya era perang dingin, menjelang akhir abad ke 20.
Tapi, di Amerika Serikat, kaum kiri mereka
gagal mendorong politik lebih ke kiri. Tetap saja kekuatan kapitalis menguasi
sistem ekonomi dan keuangan yang menjadi urat nadi kehidupan di negeri itu.
Nasib rakyat Amerika Serikat dan dunia
ditentukan di distrik Manhattan, New York, di mana disitu terdapat pusat
keuangan global, yaitu Wall Street. Perjuangan kaum kiri di Amerika Serikat
tidak berhasil menggeser Amerika Serikat ke kiri. Bersamaan dengan berakhirnya
perang Vietnam dan Perang Dingin.
Salah satu faktor waktu itu, karena
keberadaan musuh, komunis yang menjadi kekuatan global, di bawah komando Uni
Soviet. Faktor inilah yang sulit bagi paraa aktivis "Kiri Baru" untuk
mengkritik kebijakan luar negeri Amerika dan kapitalisme Amerika. Karena mereka
yang mengkritik kapitalisme dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat, pasti
akan dicap sebagai komunis.
Alasan kedua adalah protes di akhir tahun
1960 bertepatan dengan gejolak besar, sedang terjadinya revolusi dalam hubungan
antara kulit putih dan kulit hitam, pria dan wanita, gay dan anti gay, tua dan
muda, dan memburuknya dalam keluarga Amerika Serikat. Karena para aktivis kiri
yang melakukan aksi protes di akhir 1960-an menjadi simbol ancaman yang
melampaui tuntutan mereka yang sebenarnya yaitu tuntutan politik.
Demonstran yang terkait dengan gerakan
menduduki Wall Street di Zuccotti Park 14 Oktober 2011 di Manhattan, New York
City, menandai kembali kekuatan kiri, yang sekarang mendapatkan momentumnya
dengan krisis keuangan global, akibat utang yang dilakukan para pemilik
korporasi keuangna secara global, yang akhirnya menghancurkan negara, dan
berdampak terhadap kelas menengah.
Protes akhir 1960-an berulang, dan ini
merupakan sejarah gerakan kiri, yang masih memiliki akar sejarah, dan kekuatan
mereka kini nampak bangkit lagi, di saat seluruh dunia menghadapi krisis
keuangan. Para demonstran sayap kiri itu mengecam kapitalisme Amerika.
Orang-orang Amerika mulai kesal terhadap
pajak dan peraturan yang telah berkembang sejak New Deal, di mana orang-orang
kaya dibebaskan membayar pajak. Hanya sedikit mereka yang menyadari hal itu,
sampai pemilihan Ronald Reagan, hubungan antara ekonomi dan pemerintah di akhir
1960-an dan 1970-an, sebenarnya lebih menguntungkan bagi sayap kanan.
Protes anti-perang dingin tahun 1960-an
muncul kembali di awal 1980-an, ketika sayap kiri Eropa memprotes penyebaran
rudal Amerika dan sayap kiri Amerika turun ke jalan dalam mendukung pembekuan
nuklir.
Tapi gerakan sayap kiri melakukan gerakan
protes pertama di pasca era perang dingin adalah gerakan anti-globalisasi, yang
pada 1990-an mulai mengepung pertemuan Dana Moneter Internasional, Bank Dunia
dan Organisasi Perdagangan Dunia.
Mereka melakukan aksi-aksi protes seperti
yang terjadi hari ini. Sebuah gerakan transnasional (non-komunis), dan
merupakan pemberontakan terhadap dampak sosial dan lingkungan oleh kapitalisme.
Tapi tahun 1990-an merupakan periode
kemakmuran di Barat, yang membantu menjelaskan mengapa banyak kemarahan para
demonstran 'difokuskan pada dampak globalisasi di negara berkembang.
Hari ini, sebaliknya, para pemrotes di
Amerika dan Eropa terutama difokuskan pada kapitalisme yang tidak dikendalikan
oleh negara. Mereka meluapkan kemarahan yang lebih besar dibandingkan pada 15
tahun yang lalu. Disinilah letak potensi gerakan yang lebih besar untuk
menciptakan perubahan politik secara global.
Yang paling penting apa yang terjadi saat ini
adalah gerakan yang lahir bersamaan dengan terpilihnya Barack Obama tahun 2008.
Dimulai dengan kampanye Howard Dean pada tahun 2004, generasi muda yang cerdas
melalui web-liberal, dan melaui website itu mengorganisir gerakan seperti
DailyKos dan kelompok-kelompok lainnya, seperti MoveOn, mulai menggunakan
kemarahan mereka terhadap Perang Irak untuk menciptakan sebuah gerakan aktivis
sayap kiri dalam Partai Demokrat.
Apa yang membedakan "netroots"
aktivis anti kapitalis ini dengan aktivis anti-globalisasi adalah kesediaan
mereka untuk bekerja di dalam sebuah partai politik besar. Bahwa pragmatisme
(yang berasal sebagian dari memori tahun 2000 kampanye presiden independen
Ralph Nader, yang telah membantu kampanye George W. Bush), adalah sumber
kekuatan gerakan itu. Dan dalam kampanye itu bahwa aktivis muda banyak belajar
keterampilan organisasi yang membantu kampanye kekuatan Barack Obama pada tahun
2000.
Ketika Obama gagal mengartikulasikan tentang
krisis finansial, dan mengapa sistem regulasi Amerika dan negara kesejahteraan
yang diperlukan untuk dibangun kembali-yang bisa bersaing dengan narasi Tea
Party, kemudian tumbuh begitu besar kepengapan kalangan muda. Kemudian mereka
mencari jalan sendiri dengan melakukan gerakan besar, dan berkembang secara
global.
Sekarang mereka menghadapi orang-orang kaya
di Wall Street, dan ini akan menciptakan energi populis bago Obama, sehingga
pemimpin yang berkulit hitam ini tidak lagi merasa tidak sendirian.
Pendudukan Wall Street mewakili kekuatan
sayap kiri Partai Demokrat yang mengusung pandangan-pandangan Obama, sesuatu
yang akan menjadi gerakan bersifat global, dari sekedar gerakan yang hanya akan
memperkuat posisi Obama kaum Republikan yang sangat konservatif, yang banyak
disetir oleh kepentingan Yahudi.
Apa yang kita saksikan di Taman Zuccotti
sebenarnya merupakan perbaikan atas kampanye Obama, yang akan memasuki
pemilihan presiden tahun depan. Obama harus diberikan energi menghadapi Tea
Party, yang dikuasi dan menjalankan kepentingan kelompok "Hawk" (elang),
dari kalompok kapitalis, Yahudi kaya yang terus menggerogoti kehidupan rakyat
Amerika dan menjerumuskan kepada utang dan perang. Itulah yang ingin mereka
akhiri.
Gerakan itu dibelakangnya adalah George
Soros, seorang philantropis, yang menggunakan "The Open Society
Insitute", yang ingin menggusur kaum kapitalis secara global. Mungkin
Soros ingin membuat wajah kaum Yahudi, tidak lagi merupakan kelompok yang haus
dengan perang, dan menumpahkan darah.
Selama pemerintahan dipegang kaum Republikan,
dan menjadikan tulang punggung mereka adalah kelompok "Neo-kon",
terus mengobarkan perang, sembari meniadakan pajak bagi kaum kaya, dan
meningkatkan utang. Inilah yang sekarang dibenci kelompok kaum kiri diseantero
dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar