Indonesia
adalah negeri yang sangat kaya dengan beragam budaya, tradisi dan juga
kerpercayaan atau agama. Salah satunya adalah Parmalim adalah merupakan
agama asli suku Batak.
Dengan
masuk dan berkembangnya agama asing yaitu Kristen dan Islam ke wilayah tersebut
maka agama lokal tersebut mulai terpinggirkan. Mereka
sering disebut sebagai agama sesat. Kondisi ini tidak jarang memicu terjadinya
tindakan kekerasan. Hal yang seharusnya tabu dilakukan dalam kehidupan
beragama. Apa itu Parmalin dan bagaimana ajaran serta kehidupan para
pengikutnya, berikut ini saya mencoba untuk menuliskannya. [Credit photo
: Petrus M. Sitohang]
Apa itu Parmalim
Parmalim
adalah suatu kepercayaan, agama ataupun identitas bagian sebagian masyarakat
Batak. Permalim menurut kelembagaannya yang disebut Ugamo (agama) Malim.
Parmalim
percaya kepada satu Tuhan yang mereka sebut dengan nama Ompu Mulajadi na
Bolon. Nama ini kadang disingkat menjadi Mulajadi Nabolon. Mereka
juga kadang menyebut atau mamakai nama lain seperti Debata atau Pelean
Debata. Apapun sebutannya, semuanya merujuk pada satu nama yang sama yaitu
Tuhan YME.
Pemerintah
sendiri tidak mengakui Permalim sebagai agama, dan status mereka digolongkan
tidak lebih sebagai aktivitas budaya yang berada di bawah naungan Departmen
Kebudayaan dengan SK Depdikbud RI No 1.136/F.3/N.1.1/1980 tentang himpunan
kepercayaan di Indonesia. [Credit photo : Johnny Siahaan]
Identitas dan
Filosofi
Ciri
khas dan dasar dari kepercayaan Parmalim itu adalah kearifan lokal khusunya
yang berhubungan manusia, Tuhan dan alam. Salah satu contoh mudahnya adalah
larangan untuk menebang pohon tanpa menanam tunas baru. Mereka juga tidak
boleh merusak tunas kecil saat merobohkan pohon besar.
Agama
Parmalim memilki sejumlah keunikan yang beberapa diantaranya adalah dari cara
berbusana. Dalam upacara, laki-laki yang telah menikah biasanya mengunakan
sorban seperti layaknya orang muslim serta menggunakan sarung dan Ulos,
selendang khas Batak. Sementara yang wanitanya menggunakan pakian adat yaitu
sejenis sarung serta konde pada rambut.
Keunikan
lain yang juga tidak kalah uniknya adalah tentang makanan. Mereka pantang untuk
mengkonsumsi daging babi, anjing dan darah sehingga memiliki kemiripan dengan
ajaran Islam. Tempat ibadah disebut Bale Parpitaan dan Bale Partonggoan. Ibadah
dilakukan pada hari Sabtu. Kitab Suci disebut Tumbaga Holing, Pembawa
Agama/Tokoh Spiritual disebut Raja Uti.
Mereka
memiliki dua hari peringatan besar setiap tahunnya yaitu Sipaha Sada
dan Sipaha Lima. Sipaha Sada ini dilakukan saat masuk tahun baru Batak
yang dimulai setiap bulan Maret. Sedangkan Sipaha Lima yang dilakukan saat
bulan Purnama yang dilakukan antara bulan Juni-Juli.
Ikatan dan Interaksi Sosial
Setiap
tahun masing-masing warga mengumpulkan sejumlah tertentu padi atau uang dalam
lumbung (kas). Tujuannya menyantuni kehidupan warga yang tidak mampu. Yatim
piatu dan warga miskin dijamin oleh harta bersama ini. Yang kurang mampu tidak
diwajibkan memberikan hingga kehidupannya semakin baik, namun mempunyai hak
yang sama. 1)
Parmalim
tidak mengenal konsep panti karena dalam budaya batak adat do
palumehon pinahan, alai tihas do palumehon jolma. Memeliharakan ternak
adalah biasa dengan konsep bagi hasil, namun memeliharakan manusia (karena
cacat, miskin dan jompo) adalah pantangan besar. 2)
Bentuk
apa pun manusia yang dianugerahkan kepada keluarga adalah menjadi tanggungjawab
keluarga dan komunitasnya. Konsep itu tetap hidup dalam Parmalim sehingga warga
Parmalim dalam keadaan apa pun tidak dianjurkan masuk panti asuhan dan tidak
berusaha membentuk panti. Kehidupannya dijamin dengan adanya Ugasan Torop. 3). Sumber
: 1-3, http://www.parmalim.com
[credit photo: thejakartapost.com]
Tokoh
Pembaca
pasti tahu dan mengenal nama Sisingamangarja bukan? Kalau belum tahu berarti kebangetan.
Beliau adalah salah seorang pejuang kemerdekaan dari daerah Batak dan sekaligus
juga merupakan seorang tokoh pada agama Parmalim.
Permalim dewasa ini
Kini
penganut Parmalin ini mencapai 7000 orang termasuk yang bukan orang Batak.
Mereka tersebar di 39 tempat di Indonesia termasuk di Singkil Nanggroe Aceh
Darussalam. Pusat agama Parmalim terbesar berada di Desa Hutatinggi, 4
kilometer dari kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara. Orang
lebih mengenalnya sebagai Parmalim Hutatinggi. Di desa ini ada rumah ibadah
orang Parmalim yang disebut Bale Pasogit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar