KULIAH BUKAN UNTUK MENCARI IJAZAH..TAPI, UNTUK BELAJAR

"Seribu Orang Tua Hanya Bisa Bermimpi. Tetapi seorang Pemuda Bisa Mengubah Dunia"

"Saat Kita Punya Sedikit saja rasa peduli akan SEKITAR. Disitu Kita telah Memperbaiki Kualitas Pendidikan Negara Kita"

(bernata manalu)

Selasa, 24 Februari 2015

MICRO- TEACHING


MICRO- TEACHING
*
A. LATAR BELAKANG
Secara  tradisional  latihan  praktek  mengajar  dilakukan  langsung  di
sekolah  latihan  sesudah  calon  guru  memperoleh  pengetahuan  teoritis
tentang  dasar - dasar  keguruan  dan  isi  (konten)  dari  bidang  studi  yang  akan
diajarkannya.
Kalau  mengajar  di  kelas  (dengan  siswa  35 - 40  orang,  dalam  waktu
40- 45  menit,  untuk  satu  pokok  bahasan),  hal  itu  akan  dirasakan  sebagai
pekerjaan yang sangat rumit dan sulit bagi calon guru.
Latihan  mengajar  di  kelas  dengan  murid  sekitar  35 - 40  orang  dalam
satu  jam  pelaja ran  dengan  beban  pengajaran  yang  banyak,  maka  perhatian
guru  cenderung  akan  terfokus  kepada  “his  pupils  learn ”  sehingga  tujuan
utama  latihan  yaitu  “he  learn  to  teach ”  akan  terabaikan.  Di  samping  itu,
kekeliruan/kesalahan  yang  dilakukan  oleh  calon  guru  ters ebut  akan
merugikan sejumlah  besar murid  di kelas tempat ia berlatih.
B. RASIONAL
Micro  berarti kecil, terbatas, sempit;
Teaching  berarti mengajar
Microteaching  berarti  suatu  kegiatan  mengajar  di  mana  segala
sesuatunya  dikecilkan  atau  disederhanakan  untu k  membentuk/
mengembangkan ketrampilan mengajar.
*
A. Suherman; Koordinator Laboratorium Mikro Teacching UPI; Dosen Jurusan Pendidikan
Bahasa Arab FPBS UPI.
Dengan  demikian,  ciri  khas  dari  pada  microteaching  adalah  sesuai
dengan  sebutannya,  yaitu  kondisi  serta  situasinya  disederhanakan   atau
di”mikro”kan , misalnya:
Murid/siswa  30 - 40 orang  =  5 - 10 orang
Waktu  30 - 45 menit  =  10 - 15 menit
Bahan pelajaran  l u a s  =
terbatas  (kegiatan  mengajar
difokuskan  pada  keterampilan
mengajar tertentu)
Keterampilan  Terintegrasi  =
bahan  pelajaran  hanya  mencakup
satu dua aspek yang sederhana
TEACHING
MICRO
TEACHING
C. FUNGSI
Laboratorium  Microteaching  berupaya  untuk  membina  calon
guru/tenaga  kependidikan  melalui  keterampilan  kognitif,  psikomotorik,
reaktif  dan  interaktif.  Di  samping  itu,  Laboratorium  Microteaching
melaksanakan  fungsi- fungsi  sebagai  berikut:
1.  Fungsi  Instruksional:  Laboratorium  Microteaching  berfungsi
menyediakan  fasilitas  praktik/latihan  bagi  calon  guru/tenaga
kependidikan  untuk  berlatih  dan/atau  memperbaiki  dan  meningkatkan
keterampilan  pembelajaran,  yang  pada  hakikatnya  merupakan  lati han
penerapan  pengetahuan  metode  dan  teknik  mengajar  dan/atau  ilmu
keguruan yang telah dipelajari  secara teoritik;
2.  Fungsi  Pembinaan:  Laboratorium  Microteaching  menyediakan
kemudahan  untuk  membina  keterampilan  dan/atau  mengembangkan
keterampilan- keterampilan  khusus  tentang  teknik - teknik  mengajar
yang efektif  bagi tenaga kependidikan;
3.  Fungsi  Diagnostik:  Laboratorium  Microteaching  menyediakan
fasilitas  dan  kondisi  spesifik  untuk  membimbing  calon  guru/tenaga
kependidikan  yang  mengalami  kesulitan  melaksana kan  keterampilanketerampilan  tertentu dalam proses belajar  mengajar;
4.  Fungsi  Integralistik:  Pengajaran  melalui  microteaching  merupakan
bagian  integral  Program  Pengalaman  Lapangan  (PPL)  serta
merupakan  mata  kuliah  prasyarat  PPL  dan  berstatus  sebagai  mata
kuliah  wajib lulus;
5.  Supervisi:  Laboratorium  Microteaching  juga  dapat  digunakan  untuk
meningkatkan  keterampilan  mengajar,  sehingga  pada  gilirannya  dia
lebih  mampu  memberikan  bimbingan  profesional  kepada  guru - guru
di sekolah;
6.  Fungsi  Eksperimental,  Keberadaan  laboratorium  microteaching  berfungsi
sebagai  bahan  uji  coba  bagi  para  pakar  di  bidang  pendidikan.  Umpamanya
seorang  dosen   atau  seorang  ahli  berdasarkan  penelitiannya  menemukan
suatu  model  atau  suatu  metode  pembelajaran,  maka  sebelum  penemuan  it u
dipraktekkan  di  lapangan,  maka  terlebih  dahulu  diuji-cobakan  di
laboratorium  microteaching  ini.  Dengan  demikian  hasilnya  dapat  dievaluasi
di mana letak kelemahannya untuk segera dilakukan perbaikan-perbaikan.
D. TUJUAN
Secara  umum ,  latihan  microteachin g  bertujuan  untuk  meningkatkan
kemampuan  dalam  proses  pembelajaran  atau  kemampuan  profesional  calon
guru  dan/atau  meningkatkan  kemampuan  tenaga  kependidikan  dalam
berbagai  keterampilan  yang  spesifik.  Latihan  praktek  mengajar  dalam
situasi  laboratoris,  maka   melalui  micro- teaching,  calon  guru  ataupun  guru
dapat  berlatih  berbagai  ketrampilan  mengajar  dalam  keadaan  terkontrol
untuk meningkatkan  kompetensinya
Secara  khusus,  latihan  pembelajaran  melalui  microteaching
bertujuan untuk:
1.  Meningkatkan  keterampilan  peserta  pelatihan  mengenai  cara
menyusun  Persiapan  Mengajar/Satuan  Acara  Perkuliahan  yang
dimikrokan;
2.  Meningkatkan  keterampilan  teknik  mengajar  yang  efektif  bagi  para
peserta latihan;
3.  Dapat  menganalisa  tingkah  laku  mengajar  diri  sendiri  dan  teman temannya.
4.  Latihan  ketrampilan  mengajar  melalui  laboratoris,  diharapkan  kelak
dalam  menghantarkan  pembelajarannya  akan  terhidar  dari  "kikuk  dan
kaku".
E. NILAI DAN MANFAAT
Secara  umum,  penggunaan  laboratorium  microteaching  bermanfaat
dalam  rangka  persiapan  awal  bagi  calon  guru/praktikan  sebelum  mereka
menempuh pengalaman lapangan  di sekolah atau di Balai  diklat.
F. REALISASI PENGAJARAN MICROTEACHING
Pelaksanaaan  pembelajaran  melalui  microteaching  dapat
diselenggarakan  oleh  masing - masing  jurusan  dan/atau  program  di
lingkungan  Universitas  Pendidikan  Indonesia  (UPI)  bekerjasama  dengan
UPT PPL UPI
G. STATUS
Pembelajaran  Microteaching  terintegrasi  ke  dalam  salah  satu  mata
kuliah  proses  belajar  mengajar  (PBM),  karenanya  tidak  memiliki  bobot
SKS tersendir i.
H. SYARAT PESERTA
Syarat  bagi  setiap  mahasiswa  untuk  dapat  mengikuti  program
pembelajaran  microteaching adalah  sebagai  berikut:
1.  Sedang  mengikuti  mata  kuliah  SBM  dan/atau  Perencanaan  Pengaj aran,
dan  telah  menyelesaikan  perkuliahan  paling  sedikit  75  Sks  bagi
program S1;
2.  Bagi peserta program D2, minimal  telah menempuh 40 Sks;
3.  agi instansi lain diatur tersendiri.
I. JENIS KETRAMPILAN MENGAJAR
Jenis ketrampilan mengajar meliputi:
1.  Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran;
2.  Ketrampilan mengadakan variasi (Variasi stimulus);
3.  Ketrampilan bertanya dasar dan lanjut;
4.  Ketrampilan memberi penguatan;
5.  Ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan;
6.  Ketrampilan memimpin diskusi kecil;
7.  Ketrampilan menjelaskan;
8.  Ketrampilan mengelola kelas.
J. SASARAN
Sasaran  pengajaran  melalui  laboratorium  microteaching  adalah
terbentuknya profil guru yang memiliki sikap tut wuri handayani   serta
mempunyai  perangkat  keterampilan  belajar  mengajar  yang  spesifik
praktis.
K. KEBAIKAN MICRO- TEACHING
1.  Mengembangkan  kemampuan  mawas  diri,  melihat
kelemahan/kebaikan  serta  mempunyai  motivasi  untuk
memperbaikinya;
2.  Pembelajaran  melalui  microteaching  dapat  menunjang  pelaksanaan
Praktik Program Pengalaman  Lapangan (PPL).
L. KELEMAHAN MICRO- TEACING
1.  Pembelajaran  melalui  microteaching  menggunakan  rekanan/teman
sejawat   sendiri  sebagai  murid,  kemungkinan  akan  dirasaka n  “sebagai
sandiwara”  saja,  sehingga  tidak  mewujudkan  situasi  pembelajaran
yang wajar;
2.  Untuk  latihan  ulangan  dengan  menggunakan  murid  yang  sama
menggunakan  bahan yang sama, akan mengakibatkan menjemukan;
M. KETERKAITAN MICRO- TEACHING DENGAN PPL
Micro - teaching  dalam  konteks  pelaksanaan  program  pengalaman
lapangan,  tidak  berarti  bahwa  microteaching  sebagai  pengganti  praktik
mengajar,  melainkan  berfungsi  sebagai  alat  pembantu/pelengkap  dari
program  praktik  mengajar.  Dengan  perkataan  lain,  bahwa  latihan   praktik
mengajar  tidak  berhenti  sampai  dikuasainya  komponen- komponen
keterampilan  mengajar  melalui  micro - teaching,  akan  tetapi  perlu
diteruskan  sehingga  calon  guru  dapat  mempraktikkan  kemampuan
mengajarnya  secara komprehensip dalam  real class - room teaching.
PENGELOLAAN DAN DESKRIPSI TUGAS
PROGRAM MIKRO- TEACHING
A. PENGELOLAAN PROGRAM
Pelatihan  atau  pembelajaran  di  laboratorium  microteaching  dikelola
oleh  UPT  PPL  UPI    (sekaran  PLP=  Program  Latihan  Profesi)  yang
pelaksanaanya  dilakukan  oleh  masing - masing  dosen  Belajar  dan
Pembelajaran  dan/atau  Dosen  Perencanaan  Pengajaran  pada  jurusan/atau
program  yang  berada  di  lingkungan  UPI  bekerjasama  dengan  koordinator
bidang microteaching  selaku fasilitator.
B. PROSEDUR BIMBINGAN
Kelompok  mahasiswa  dibimbing  oleh  satu  tim,  terdiri  atas  dosen
pembimbing  dan  petugas  lain  yang  ditunjuk.  Minimal  tim  ini  terdiri  atas
dua orang, yaitu dosen pembimbing  dan observer.
C. DESKRIPSI TUGAS
1.  UPT. PPL
Unit  Pelaksana  Teknis  Program  Pengalaman  Lapangan  (UPT.  PPL /PLP )
UPI melalui  Koordinator Bidang Microteaching  bertugas:
a  Memberikan  penjelasan  kepada  peserta  pembelajaran  mikro  tentang
arti, peranan, tujuan dari pembelajaran  mikro (bila  dibutuhkan);
b  Menyediakan  fasilitas  pembelajaran  mikro  sesuai  dengan  batas
kemampuan  yang ada;
c  Mengatur  petugas  laboratorium  microteaching  untuk  kelancaran
tugas;
d  Memantau pelaksanaan  pengajaran mikro;
2.  Dosen Pembimbing
a  Memberikan  penjelasan  kepada  mahasiswa  bimbingannya  tentang
tatalaksana pembelajaran mikro;
b  Membimbing  mahasiswa  dalam  membuat  persiapan  mengajar/Satuan
pelajaran  yang dimikrokan;
c  Membimbing  latihan  katrampilan  terbatas;
3.  Mahasiswa
a  Membuat  Persiapan  Mengajar  latihan  keterampilan  terbatas  dengan
persetujuan  dosen  pembimbing  rangkap  tiga  (untuk  dosen
pembimbing, observer dan mahasiswa  praktikan itu sendiri);
b  Melaksanakan keterampilan  terbatas dan diskusi;
c  Bertindak sebagai  obeserver dengan persetujuan dosen pembimbing.
4.  Kewajiban Mahasiswa
a  Hadir di  ruangan paling  lambat 10 menit sebelum pelatihan  dimulai;
b  Menyiapkan  kelengkapan  yang  dibutuhkan  untuk  pengajaran
keterampilan  terbatas;
c  Pada  waktu  pembelajaran  mikro  berlangsung,  hendaklah  bersikap
sebagai guru, siswa  (peer teaching)   dan  observer.
5.  Pelaksanaan
a. Waktu
Pengajaran mikro dilaksanakan pada:
a)   Semester 6 untuk program S1;
b)   Semester 4 untuk D2;
c)   Untuk  instansi  lain  diatur  kemudian  disesuaikan  dengan  kondisi
yang ada.
b. Tempat
Pembelajaran  mikro  dilaksanakan  di  laboratorium  micro teaching  Unit
Pelaksana Teknis Program Pengalaman Lapangan  (UPT PPL) UPI.
c. Pelaksanaan Pengajaran Mikro
Pelaksanaan  pengajaran mikro melibatkan:
a)   Dosen pembimbing/supervisor;
b)   Tenaga administrasi bidang koordinator microteaching;
c)   Tenaga teknisi  laboratorium microteaching;
d. Pola Pelaksanaan Pembelajaran  di Laboratorium Microteaching
1).  Dosen  mata  kuliah  SBM/Perencanaan  Pengajaran  pada  jurusan
atau  program  di  lingkungan  UPI  mendaftarkan  diri  di  UPTPPL
pada  bidang  Laboratorium  microteacing  untuk   memperoleh
penjadwalan, dan ruang pembelajaran;
2).  Menyerahkan  daftar  jumlah  pembelajar  yang  akan  mengikuti
pembelajaran  di  laboratorium  microteacing,  hal  ini  diperlukan  di
samping  untuk  pengadministrasian,  juga  untuk  penyediaan  sarana
dan prasarana
PENILAIAN DAN FEED - BACK
A. NILAI
1.  Sifat Penilaian
Penilaian bersifat objektif dan menyeluruh.
2. Bentuk Penilaian
Cara  atau  model  yang  dilakukan  untuk  mengevaluasi  pembelajaran
mikro dilakukan  sesuai dengan bentuk keterampilan itu sendiri.
3. Penilai
Dalam kegiatan pembelajaran  mikro yang menilai adalah:
a.   dosen pembimbing/supervisor;
b.   mahasiswa  calon guru/observer.
4. Sasaran Penilaian
Yang  dinilai  adalah  kemampuan  menampilkan  keterampilan  mengajar
yang dimikrokan.
B. USAHA DAN BALIKAN (FEED - BACK)
1.  Maksud Feed- Back
Unsur  feed- back  dalam  microteaching  merupakan  ciri  penting  yang
tidak  terdapat  dalam  prosedur  latihan  mengajar  yang  tradisional.
Dalam  microteaching  hasil  catatan  observasi  oleh
supervisor/pembimbing,  atau  mahasiswa/  observer  dikump ulkan
sebagai  data  untuk  feed - back,  yaitu  untuk  didiskusikan,
dilihat/didengar  kembali  penampilan  keterampilan  dalam
pembelajaran  mikro tadi.
2.  Pelaksanaan Feed - Back
a.   Feed- Back  dilaksanakan  setelah  praktik  microteaching  selesai.  Bila
yang  menjadi  muridnya  adalah  temannya  sendiri,  mereka  diajak
mengadakan  feed- back;
b.   Bila  menggunakan  alat  pencatat/perekam  mekanis,  hasil  rekaman
dapat  diputar  kembali,  baik  suara,  gambar  dijadikan  sebagai  bahan
diskusi  dan kritik;
3.  Manfaat Feed- Back
a.   Mengidentivikasi  kekurangan/kelemahan  diri  sendiri  dan
mempunyai dorongan untuk memperbaiki;
b.   Mengembangkan  rasa percaya pada diri sendiri;
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MICRO - TEACHING
DI UPT. PPL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
A. PROSES PEMBELAJARAN
1. P E NGE NAL AN
MICRO-TEACHING
2. PENYAJIAN MODEL
DAN DISKUSI
3. PERENCANAAN/PERSIAPAN
MICRO-TEACHING
4 - a. PRAKTI K
MI CRO- TEACHI NG
4. b. OBSERVASI/PEREKAMAN
5.  D I S KU S I
( UMPAN - BALI K)
6.   KESI MPULAN DAN
TUGAS-TUGAS
B. KEGIATAN PENGAJARAN MIKRO
Pembelajaran  mikro terdiri dari empat kegiatan, yaitu:
1.  Masa Orientasi
Sebelum  melaksanakan  proses  pembelajaran  pada  microteaching,
secara   klasikal  para  mahasiswa  (calon guru/instruktur),  terlebih  dahulu
diberikan  penjelasan- penjelasan  tentang  pengertian,  tujuan,  manfaat,
prosedur, materi dan evaluasi.
2.  Masa Observasi
1)  pengamatan langsung
Mahasiswa  mengenal  dan  memperoleh  gambaran  secara  riil
penampilan  seorang guru dalam  “real teaching”  di dalam  kelas.
2)  pengamatan tak langsung
Mahasiswa  dapat  pula  mengamati  secara  langsung  ke  kelas,  akan
tetapi  bisa  mengamati  melalui  rekaman  video  tape  recorder  (VTR)
atau audio  tape  recorder  (ATR).  Kegiatan  selanjutnya  adalah  dengan
melakukan  diskusi  tentang  hasil  pengamatan,  yang  berkaitan  dengan
masalah  pembelajaran  melalui  keterampilan mengajar.
3.  Latihan Keterampilan Terbatas
Setelah  memahami  seluk  beluk  tentang  program  pengajaran  melalui
microteaching,  maka  sampailah  kepada  inti  pembelajaran  berupa
keterampilan  mengajar  (teaching skills) dilatihkan.
4.  Latihan Keterampilan Terpadu
Proses  pembelajaran  yang  dimikrokan  masih  tetap  utuh  dilakukan,
namun  dalam  pelaksanaannya  tidak  hanya  menampilkan   satu  jenis
keterampilan  terbatas,  melainkan  yang  ditampilkan/dilatihkan  sudah
merupakan  perpaduan  dari  beberapa  keterampilan  mengajar,  dimulai  dari
penyusunan  persiapan  mengajar,  menyajikan  materi,  mendemonstrasikan
beberapa  keterampilan,  sampai  kepada  me ngadakan  evaluasi  serta  diskusi
sebagai umpan balik.
RUANG & PENGATURAN TEMPAT DUDUK
PEMBELAJARAN MICRO-TEACHING
A. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
BILA MENGGUNAKAN ATR
RUANG
OBSERVER
Kaca Penyekat



G
Kaca Penyekat
RUANG
OPERATOR
G: Guru
M: Murid
ATR: Audio-tape
Recorder
ATR
M M M
M M M
M M M
B. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
BILA MENGGUNAKAN VTR (SEBUAH KAMERA)
RUANG
OBSERVER
Kaca Penyekat



G
Kaca Penyekat
RUANG
OPERATOR
G: Guru
M: Murid
K: Kamera
M M
M M
M M
M M
K
C. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
BILA MENGGUNAKAN VTR (DUA KEMERA)
RUANG
OBSERVER
Kaca Penyekat
K



G
Kaca Penyekat
RUANG
OPERATOR
G: Guru
M: Murid
K: Kamera
M M
M M
M M
K
D. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
BILA MENGGUNAKAN VTR (TIGA KEMERA)
RUANG
OBSERVER
Kaca Penyekat
K K



Kaca Penyekat
RUANG
OPERATOR
G: Guru
M: Murid
K: Kamera
G
M M
M M
M M
M M
K
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN MIKRO
DI UPT. PPL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Langkah ke 1
Sebelum  (mahasiswa)  calon  guru  diperkenalkan  dengan  micro-teaching
beserta aspek-aspeknya, lebih dahulu mereka dikirim ke sekolah-sekolah untuk:
1)  Mengadakan observasi tentang proses/interaksi belajar mengajar;
2)  Hasil observasi dibawa ke kampus untuk diadakan diskusi seperlunya;
3)  Diperkenalkan  dengan  segala  sesuatunya  yang  berkenaan  dengan  microteaching.
Bila  pada  bagian  1)  dan  2)  tidak  memungkinkan  untuk  dilakukan
mahasiswa  mengingat  pertimbangan  berbagai  hal,  maka  sebagai  penggantinya,
dosen   mata  kuliah  Strategi  Belajar-Mengajar  serta  Perencanaan  Mengajar
memberikan  pemantapan  dan  arahan-arahan  yang  ada  kaitannya  dengan  tugastugas  guru  di  sekolah,  terutama  yang  berkaitan  dengan  kegiatan  guru  dalam
Proses Belajar-Mengajar.
Langkah ke 2
Setelah (mahasiswa)  calon guru  mendapatkan “introduksi”  tentang  microteaching,  selanjutnya  para  mahasiswa  ditugasi  untuk  mempelajari  berbagai
komponen  keterampilan  mengajar  yang  telah  diisolasikan  lewat  model-model
mengajar.
Langkah ke 3
Tugas  selanjutnya  bagi  calon  guru/trainee  ialah  merencanakan/membuat
persiapan  tertulis  micro-teaching  dalam  berbagai  bentuk  keterampilan  yang
diisolasikan, misalnya:
Keterampilan dalam set induction and closure;
Keterampilan dalam stimulus variation (variasi stimulus);
Keterampilan dalam questioning (keterampilan bertanya);
dan lain-lain.
Langkah ke 4
1)  Pada  tahapan  ini  kelas  dibagi  menjadi  kelompok-kelompok  kerja  yang
masing-masing beranggotakan 7-8  orang (kelas  secara keseluruhan  dipimpin
oleh  seorang  dosen  pembimbing/supervisor).  Masing-masing  kelompok
melakukan  praktik  micro-teaching  dalam  bentuk  peer  teaching,  yaitu
mempraktikkan  apa  yang  telah  mereka  persiapkan  secara  tertulis  (pada
langkah  ke  3).  Yang  disebut  peer  teaching  di  sini  ialah  mengajar  teman
sejawatnya/seangkatan yang bertindak sebagai murid.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
-  5-8 orang berperan sebagai murid;
-  1 orang berperan sebagai guru;
-  2 orang berperan sebagai observer.
2)  Ketika  masing-masing  kelompok  sedang  melakukan  microteaching,
hendaknya  dosen/pembimbing  senantiasa  berkeliling  dari  kelompok  satu  ke
kelompok lain untuk mengontrol apakah semuanya sudah berjalan pada jalur
yang semestinya (on the right track);
3)  Pada  saat  micro-teaching  berlangsung,  di  samping  observasi  oleh  dosen
pembimbing  dengan  mempergunakan  panduan  observasi,  seiring  dengan  itu
diadakan perekaman (ATR/VTR)sesuai dengan  kebutuhan dan fasilitas  yang
tersedia;
4)  Apabila  seluruh  anggota  kelompok  tersebut  telah  mendapat  giliran  untuk
memainkan  peranan  sebagai  guru  dan  observer,  maka  praktikan
microteaching  dapat  dilanjutkan  dengan  menggunakan  murid  yang
sebenarnya.  Bahkan  tahap  ini  sangat  penting,  karena  situasi  dan  kondisi
proses  belajar-mengajar  berlangsung  dengan  sebenarnya.  Praktik  dengan
murid  ini  juga  dilakukan  seperti  pada  peer  teaching  dengan  melakukan
observasi/perekaman.
Langkah ke 5
1)  Apabila  ketika  praktik  micro-teaching  dilakukan  dengan  perekaman
ATR/VTR,  maka  pada  langkah  ke  5  ini  hendaknya  dilakukan  pemutaran
kembali  (play  back)  dari  rekaman  itu,  sehingga  calon  guru  dapat
mengobservasi dirinya sendiri;
2)  Sesudah  itu,  calon  dimintakan  pendapatnya  tentang  praktik/latihannya  tadi,
dan  dengan  pertanyaan-pertanyaan  dari  supervisor  serta  pendapat-pendapat
dari  calon  dan  teman-temannya  yang  ikut  bertindak  sebagai  observer,
lakukanlah diskusi untuk menganalisa latihan tadi;
3)  Pada  akhir  diskusi  harus  dicapai  kesepakatan  antara  calon  guru  dengan
supervisor  tentang  segi-segi  yang  telah  memuaskan  dan  segi -segi  yang
belum memuaskan,  hal  ini sangat  penting  sebagai balikan  yang  segera  harus
diperbaiki apabila diadakan praktik ulang (re-teach);
4)  Apabila  praktik  ulang  tidak  memungkinkan  karena  adanya  rasa  jenuh  yang
dirasakan  praktikan,  maka  sebagai  solusinya  adalah  melalui  pemberian
tugas-tugas atau memberi kesimpulan dari kelebihan dan kekurangannya.
Langkah ke 6
Langkah  ini  menyerupai  pada  langkah  ke  3,  4  dan  5,  yakni  perencanaan
kembali,  praktik  ulang  dan  perekaman/observasi  serta  diskusi.  Langkah  ini
dilakukan  bila  dianggap  terdapat  hal-hal  yang  segera  harus  diperbaiki.  Terdapat
pula  kemungkinan  bahwa  langkah-langkah  ini  ditangguhkan  pada  kesempatan
berikutnya  atau  cukup  dengan  memberikan  catatan-catatan  kesimpulan  dari  hasil
penampilannya.
Yang  diperlukan  dalam  microteaching  adanya  umpan-balik.  Agar  umpanbalik  tersebut  bersifat  objektif,  maka  diperlukan  alat-alat  pencatat  yang  bersifat
akurat, misalnya ATR (audio-tape-recorder) ataupun VTR (vedeo -tape-recorder).
Penggunaan  tersebut  menuntut  pengaturan  tempat  duduk  yang  khusus,
agar dalam pengaturan peralatan tersebut tidak mengganggu murid dan guru yang
sedang terlibat dalam interaksi belajar-mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
S.L.La.  Sulo  et  al.   (1980).  Micro- Teaching.   Jakarta:  Proyek
Pengembangan  Pendidikan  Guru  (P3G).  Departemen  Pendidikan
dan Kebudayaan.
______.  (1985).  Pengajaran  Mikro.   Jakarta:  Proyek  Pengembangan
Pendidikan Guru (P3G). Departemen Pendidikan  dan Kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar