MICRO- TEACHING
*
A. LATAR BELAKANG
Secara tradisional latihan praktek mengajar dilakukan langsung di
sekolah latihan sesudah calon guru memperoleh pengetahuan teoritis
tentang dasar - dasar keguruan dan isi (konten) dari bidang studi yang akan
diajarkannya.
Kalau mengajar di kelas (dengan siswa 35 - 40 orang, dalam waktu
40- 45 menit, untuk satu pokok bahasan), hal itu akan dirasakan sebagai
pekerjaan yang sangat rumit dan sulit bagi calon guru.
Latihan mengajar di kelas dengan murid sekitar 35 - 40 orang dalam
satu jam pelaja ran dengan beban pengajaran yang banyak, maka perhatian
guru cenderung akan terfokus kepada “his pupils learn ” sehingga tujuan
utama latihan yaitu “he learn to teach ” akan terabaikan. Di samping itu,
kekeliruan/kesalahan yang dilakukan oleh calon guru ters ebut akan
merugikan sejumlah besar murid di kelas tempat ia berlatih.
B. RASIONAL
Micro berarti kecil, terbatas, sempit;
Teaching berarti mengajar
Microteaching berarti suatu kegiatan mengajar di mana segala
sesuatunya dikecilkan atau disederhanakan untu k membentuk/
mengembangkan ketrampilan mengajar.
*
A. Suherman; Koordinator Laboratorium Mikro Teacching UPI; Dosen Jurusan Pendidikan
Bahasa Arab FPBS UPI.
Dengan demikian, ciri khas dari pada microteaching adalah sesuai
dengan sebutannya, yaitu kondisi serta situasinya disederhanakan atau
di”mikro”kan , misalnya:
Murid/siswa 30 - 40 orang = 5 - 10 orang
Waktu 30 - 45 menit = 10 - 15 menit
Bahan pelajaran l u a s =
terbatas (kegiatan mengajar
difokuskan pada keterampilan
mengajar tertentu)
Keterampilan Terintegrasi =
bahan pelajaran hanya mencakup
satu dua aspek yang sederhana
TEACHING
MICRO
TEACHING
C. FUNGSI
Laboratorium Microteaching berupaya untuk membina calon
guru/tenaga kependidikan melalui keterampilan kognitif, psikomotorik,
reaktif dan interaktif. Di samping itu, Laboratorium Microteaching
melaksanakan fungsi- fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Instruksional: Laboratorium Microteaching berfungsi
menyediakan fasilitas praktik/latihan bagi calon guru/tenaga
kependidikan untuk berlatih dan/atau memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan pembelajaran, yang pada hakikatnya merupakan lati han
penerapan pengetahuan metode dan teknik mengajar dan/atau ilmu
keguruan yang telah dipelajari secara teoritik;
2. Fungsi Pembinaan: Laboratorium Microteaching menyediakan
kemudahan untuk membina keterampilan dan/atau mengembangkan
keterampilan- keterampilan khusus tentang teknik - teknik mengajar
yang efektif bagi tenaga kependidikan;
3. Fungsi Diagnostik: Laboratorium Microteaching menyediakan
fasilitas dan kondisi spesifik untuk membimbing calon guru/tenaga
kependidikan yang mengalami kesulitan melaksana kan keterampilanketerampilan tertentu dalam proses belajar mengajar;
4. Fungsi Integralistik: Pengajaran melalui microteaching merupakan
bagian integral Program Pengalaman Lapangan (PPL) serta
merupakan mata kuliah prasyarat PPL dan berstatus sebagai mata
kuliah wajib lulus;
5. Supervisi: Laboratorium Microteaching juga dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan mengajar, sehingga pada gilirannya dia
lebih mampu memberikan bimbingan profesional kepada guru - guru
di sekolah;
6. Fungsi Eksperimental, Keberadaan laboratorium microteaching berfungsi
sebagai bahan uji coba bagi para pakar di bidang pendidikan. Umpamanya
seorang dosen atau seorang ahli berdasarkan penelitiannya menemukan
suatu model atau suatu metode pembelajaran, maka sebelum penemuan it u
dipraktekkan di lapangan, maka terlebih dahulu diuji-cobakan di
laboratorium microteaching ini. Dengan demikian hasilnya dapat dievaluasi
di mana letak kelemahannya untuk segera dilakukan perbaikan-perbaikan.
D. TUJUAN
Secara umum , latihan microteachin g bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dalam proses pembelajaran atau kemampuan profesional calon
guru dan/atau meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan dalam
berbagai keterampilan yang spesifik. Latihan praktek mengajar dalam
situasi laboratoris, maka melalui micro- teaching, calon guru ataupun guru
dapat berlatih berbagai ketrampilan mengajar dalam keadaan terkontrol
untuk meningkatkan kompetensinya
Secara khusus, latihan pembelajaran melalui microteaching
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan mengenai cara
menyusun Persiapan Mengajar/Satuan Acara Perkuliahan yang
dimikrokan;
2. Meningkatkan keterampilan teknik mengajar yang efektif bagi para
peserta latihan;
3. Dapat menganalisa tingkah laku mengajar diri sendiri dan teman temannya.
4. Latihan ketrampilan mengajar melalui laboratoris, diharapkan kelak
dalam menghantarkan pembelajarannya akan terhidar dari "kikuk dan
kaku".
E. NILAI DAN MANFAAT
Secara umum, penggunaan laboratorium microteaching bermanfaat
dalam rangka persiapan awal bagi calon guru/praktikan sebelum mereka
menempuh pengalaman lapangan di sekolah atau di Balai diklat.
F. REALISASI PENGAJARAN MICROTEACHING
Pelaksanaaan pembelajaran melalui microteaching dapat
diselenggarakan oleh masing - masing jurusan dan/atau program di
lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bekerjasama dengan
UPT PPL UPI
G. STATUS
Pembelajaran Microteaching terintegrasi ke dalam salah satu mata
kuliah proses belajar mengajar (PBM), karenanya tidak memiliki bobot
SKS tersendir i.
H. SYARAT PESERTA
Syarat bagi setiap mahasiswa untuk dapat mengikuti program
pembelajaran microteaching adalah sebagai berikut:
1. Sedang mengikuti mata kuliah SBM dan/atau Perencanaan Pengaj aran,
dan telah menyelesaikan perkuliahan paling sedikit 75 Sks bagi
program S1;
2. Bagi peserta program D2, minimal telah menempuh 40 Sks;
3. agi instansi lain diatur tersendiri.
I. JENIS KETRAMPILAN MENGAJAR
Jenis ketrampilan mengajar meliputi:
1. Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran;
2. Ketrampilan mengadakan variasi (Variasi stimulus);
3. Ketrampilan bertanya dasar dan lanjut;
4. Ketrampilan memberi penguatan;
5. Ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan;
6. Ketrampilan memimpin diskusi kecil;
7. Ketrampilan menjelaskan;
8. Ketrampilan mengelola kelas.
J. SASARAN
Sasaran pengajaran melalui laboratorium microteaching adalah
terbentuknya profil guru yang memiliki sikap tut wuri handayani serta
mempunyai perangkat keterampilan belajar mengajar yang spesifik
praktis.
K. KEBAIKAN MICRO- TEACHING
1. Mengembangkan kemampuan mawas diri, melihat
kelemahan/kebaikan serta mempunyai motivasi untuk
memperbaikinya;
2. Pembelajaran melalui microteaching dapat menunjang pelaksanaan
Praktik Program Pengalaman Lapangan (PPL).
L. KELEMAHAN MICRO- TEACING
1. Pembelajaran melalui microteaching menggunakan rekanan/teman
sejawat sendiri sebagai murid, kemungkinan akan dirasaka n “sebagai
sandiwara” saja, sehingga tidak mewujudkan situasi pembelajaran
yang wajar;
2. Untuk latihan ulangan dengan menggunakan murid yang sama
menggunakan bahan yang sama, akan mengakibatkan menjemukan;
M. KETERKAITAN MICRO- TEACHING DENGAN PPL
Micro - teaching dalam konteks pelaksanaan program pengalaman
lapangan, tidak berarti bahwa microteaching sebagai pengganti praktik
mengajar, melainkan berfungsi sebagai alat pembantu/pelengkap dari
program praktik mengajar. Dengan perkataan lain, bahwa latihan praktik
mengajar tidak berhenti sampai dikuasainya komponen- komponen
keterampilan mengajar melalui micro - teaching, akan tetapi perlu
diteruskan sehingga calon guru dapat mempraktikkan kemampuan
mengajarnya secara komprehensip dalam real class - room teaching.
PENGELOLAAN DAN DESKRIPSI TUGAS
PROGRAM MIKRO- TEACHING
A. PENGELOLAAN PROGRAM
Pelatihan atau pembelajaran di laboratorium microteaching dikelola
oleh UPT PPL UPI (sekaran PLP= Program Latihan Profesi) yang
pelaksanaanya dilakukan oleh masing - masing dosen Belajar dan
Pembelajaran dan/atau Dosen Perencanaan Pengajaran pada jurusan/atau
program yang berada di lingkungan UPI bekerjasama dengan koordinator
bidang microteaching selaku fasilitator.
B. PROSEDUR BIMBINGAN
Kelompok mahasiswa dibimbing oleh satu tim, terdiri atas dosen
pembimbing dan petugas lain yang ditunjuk. Minimal tim ini terdiri atas
dua orang, yaitu dosen pembimbing dan observer.
C. DESKRIPSI TUGAS
1. UPT. PPL
Unit Pelaksana Teknis Program Pengalaman Lapangan (UPT. PPL /PLP )
UPI melalui Koordinator Bidang Microteaching bertugas:
a Memberikan penjelasan kepada peserta pembelajaran mikro tentang
arti, peranan, tujuan dari pembelajaran mikro (bila dibutuhkan);
b Menyediakan fasilitas pembelajaran mikro sesuai dengan batas
kemampuan yang ada;
c Mengatur petugas laboratorium microteaching untuk kelancaran
tugas;
d Memantau pelaksanaan pengajaran mikro;
2. Dosen Pembimbing
a Memberikan penjelasan kepada mahasiswa bimbingannya tentang
tatalaksana pembelajaran mikro;
b Membimbing mahasiswa dalam membuat persiapan mengajar/Satuan
pelajaran yang dimikrokan;
c Membimbing latihan katrampilan terbatas;
3. Mahasiswa
a Membuat Persiapan Mengajar latihan keterampilan terbatas dengan
persetujuan dosen pembimbing rangkap tiga (untuk dosen
pembimbing, observer dan mahasiswa praktikan itu sendiri);
b Melaksanakan keterampilan terbatas dan diskusi;
c Bertindak sebagai obeserver dengan persetujuan dosen pembimbing.
4. Kewajiban Mahasiswa
a Hadir di ruangan paling lambat 10 menit sebelum pelatihan dimulai;
b Menyiapkan kelengkapan yang dibutuhkan untuk pengajaran
keterampilan terbatas;
c Pada waktu pembelajaran mikro berlangsung, hendaklah bersikap
sebagai guru, siswa (peer teaching) dan observer.
5. Pelaksanaan
a. Waktu
Pengajaran mikro dilaksanakan pada:
a) Semester 6 untuk program S1;
b) Semester 4 untuk D2;
c) Untuk instansi lain diatur kemudian disesuaikan dengan kondisi
yang ada.
b. Tempat
Pembelajaran mikro dilaksanakan di laboratorium micro teaching Unit
Pelaksana Teknis Program Pengalaman Lapangan (UPT PPL) UPI.
c. Pelaksanaan Pengajaran Mikro
Pelaksanaan pengajaran mikro melibatkan:
a) Dosen pembimbing/supervisor;
b) Tenaga administrasi bidang koordinator microteaching;
c) Tenaga teknisi laboratorium microteaching;
d. Pola Pelaksanaan Pembelajaran di Laboratorium Microteaching
1). Dosen mata kuliah SBM/Perencanaan Pengajaran pada jurusan
atau program di lingkungan UPI mendaftarkan diri di UPTPPL
pada bidang Laboratorium microteacing untuk memperoleh
penjadwalan, dan ruang pembelajaran;
2). Menyerahkan daftar jumlah pembelajar yang akan mengikuti
pembelajaran di laboratorium microteacing, hal ini diperlukan di
samping untuk pengadministrasian, juga untuk penyediaan sarana
dan prasarana
PENILAIAN DAN FEED - BACK
A. NILAI
1. Sifat Penilaian
Penilaian bersifat objektif dan menyeluruh.
2. Bentuk Penilaian
Cara atau model yang dilakukan untuk mengevaluasi pembelajaran
mikro dilakukan sesuai dengan bentuk keterampilan itu sendiri.
3. Penilai
Dalam kegiatan pembelajaran mikro yang menilai adalah:
a. dosen pembimbing/supervisor;
b. mahasiswa calon guru/observer.
4. Sasaran Penilaian
Yang dinilai adalah kemampuan menampilkan keterampilan mengajar
yang dimikrokan.
B. USAHA DAN BALIKAN (FEED - BACK)
1. Maksud Feed- Back
Unsur feed- back dalam microteaching merupakan ciri penting yang
tidak terdapat dalam prosedur latihan mengajar yang tradisional.
Dalam microteaching hasil catatan observasi oleh
supervisor/pembimbing, atau mahasiswa/ observer dikump ulkan
sebagai data untuk feed - back, yaitu untuk didiskusikan,
dilihat/didengar kembali penampilan keterampilan dalam
pembelajaran mikro tadi.
2. Pelaksanaan Feed - Back
a. Feed- Back dilaksanakan setelah praktik microteaching selesai. Bila
yang menjadi muridnya adalah temannya sendiri, mereka diajak
mengadakan feed- back;
b. Bila menggunakan alat pencatat/perekam mekanis, hasil rekaman
dapat diputar kembali, baik suara, gambar dijadikan sebagai bahan
diskusi dan kritik;
3. Manfaat Feed- Back
a. Mengidentivikasi kekurangan/kelemahan diri sendiri dan
mempunyai dorongan untuk memperbaiki;
b. Mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri;
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MICRO - TEACHING
DI UPT. PPL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
A. PROSES PEMBELAJARAN
1. P E NGE NAL AN
MICRO-TEACHING
2. PENYAJIAN MODEL
DAN DISKUSI
3. PERENCANAAN/PERSIAPAN
MICRO-TEACHING
4 - a. PRAKTI K
MI CRO- TEACHI NG
4. b. OBSERVASI/PEREKAMAN
5. D I S KU S I
( UMPAN - BALI K)
6. KESI MPULAN DAN
TUGAS-TUGAS
B. KEGIATAN PENGAJARAN MIKRO
Pembelajaran mikro terdiri dari empat kegiatan, yaitu:
1. Masa Orientasi
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran pada microteaching,
secara klasikal para mahasiswa (calon guru/instruktur), terlebih dahulu
diberikan penjelasan- penjelasan tentang pengertian, tujuan, manfaat,
prosedur, materi dan evaluasi.
2. Masa Observasi
1) pengamatan langsung
Mahasiswa mengenal dan memperoleh gambaran secara riil
penampilan seorang guru dalam “real teaching” di dalam kelas.
2) pengamatan tak langsung
Mahasiswa dapat pula mengamati secara langsung ke kelas, akan
tetapi bisa mengamati melalui rekaman video tape recorder (VTR)
atau audio tape recorder (ATR). Kegiatan selanjutnya adalah dengan
melakukan diskusi tentang hasil pengamatan, yang berkaitan dengan
masalah pembelajaran melalui keterampilan mengajar.
3. Latihan Keterampilan Terbatas
Setelah memahami seluk beluk tentang program pengajaran melalui
microteaching, maka sampailah kepada inti pembelajaran berupa
keterampilan mengajar (teaching skills) dilatihkan.
4. Latihan Keterampilan Terpadu
Proses pembelajaran yang dimikrokan masih tetap utuh dilakukan,
namun dalam pelaksanaannya tidak hanya menampilkan satu jenis
keterampilan terbatas, melainkan yang ditampilkan/dilatihkan sudah
merupakan perpaduan dari beberapa keterampilan mengajar, dimulai dari
penyusunan persiapan mengajar, menyajikan materi, mendemonstrasikan
beberapa keterampilan, sampai kepada me ngadakan evaluasi serta diskusi
sebagai umpan balik.
RUANG & PENGATURAN TEMPAT DUDUK
PEMBELAJARAN MICRO-TEACHING
A. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
BILA MENGGUNAKAN ATR
RUANG
OBSERVER
Kaca Penyekat
●
○
◙
G
Kaca Penyekat
RUANG
OPERATOR
G: Guru
M: Murid
ATR: Audio-tape
Recorder
ATR
M M M
M M M
M M M
B. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
BILA MENGGUNAKAN VTR (SEBUAH KAMERA)
RUANG
OBSERVER
Kaca Penyekat
●
○
◙
G
Kaca Penyekat
RUANG
OPERATOR
G: Guru
M: Murid
K: Kamera
M M
M M
M M
M M
K
C. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
BILA MENGGUNAKAN VTR (DUA KEMERA)
RUANG
OBSERVER
Kaca Penyekat
K
●
○
◙
G
Kaca Penyekat
RUANG
OPERATOR
G: Guru
M: Murid
K: Kamera
M M
M M
M M
K
D. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
BILA MENGGUNAKAN VTR (TIGA KEMERA)
RUANG
OBSERVER
Kaca Penyekat
K K
●
○
◙
Kaca Penyekat
RUANG
OPERATOR
G: Guru
M: Murid
K: Kamera
G
M M
M M
M M
M M
K
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN MIKRO
DI UPT. PPL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Langkah ke 1
Sebelum (mahasiswa) calon guru diperkenalkan dengan micro-teaching
beserta aspek-aspeknya, lebih dahulu mereka dikirim ke sekolah-sekolah untuk:
1) Mengadakan observasi tentang proses/interaksi belajar mengajar;
2) Hasil observasi dibawa ke kampus untuk diadakan diskusi seperlunya;
3) Diperkenalkan dengan segala sesuatunya yang berkenaan dengan microteaching.
Bila pada bagian 1) dan 2) tidak memungkinkan untuk dilakukan
mahasiswa mengingat pertimbangan berbagai hal, maka sebagai penggantinya,
dosen mata kuliah Strategi Belajar-Mengajar serta Perencanaan Mengajar
memberikan pemantapan dan arahan-arahan yang ada kaitannya dengan tugastugas guru di sekolah, terutama yang berkaitan dengan kegiatan guru dalam
Proses Belajar-Mengajar.
Langkah ke 2
Setelah (mahasiswa) calon guru mendapatkan “introduksi” tentang microteaching, selanjutnya para mahasiswa ditugasi untuk mempelajari berbagai
komponen keterampilan mengajar yang telah diisolasikan lewat model-model
mengajar.
Langkah ke 3
Tugas selanjutnya bagi calon guru/trainee ialah merencanakan/membuat
persiapan tertulis micro-teaching dalam berbagai bentuk keterampilan yang
diisolasikan, misalnya:
Keterampilan dalam set induction and closure;
Keterampilan dalam stimulus variation (variasi stimulus);
Keterampilan dalam questioning (keterampilan bertanya);
dan lain-lain.
Langkah ke 4
1) Pada tahapan ini kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kerja yang
masing-masing beranggotakan 7-8 orang (kelas secara keseluruhan dipimpin
oleh seorang dosen pembimbing/supervisor). Masing-masing kelompok
melakukan praktik micro-teaching dalam bentuk peer teaching, yaitu
mempraktikkan apa yang telah mereka persiapkan secara tertulis (pada
langkah ke 3). Yang disebut peer teaching di sini ialah mengajar teman
sejawatnya/seangkatan yang bertindak sebagai murid.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
- 5-8 orang berperan sebagai murid;
- 1 orang berperan sebagai guru;
- 2 orang berperan sebagai observer.
2) Ketika masing-masing kelompok sedang melakukan microteaching,
hendaknya dosen/pembimbing senantiasa berkeliling dari kelompok satu ke
kelompok lain untuk mengontrol apakah semuanya sudah berjalan pada jalur
yang semestinya (on the right track);
3) Pada saat micro-teaching berlangsung, di samping observasi oleh dosen
pembimbing dengan mempergunakan panduan observasi, seiring dengan itu
diadakan perekaman (ATR/VTR)sesuai dengan kebutuhan dan fasilitas yang
tersedia;
4) Apabila seluruh anggota kelompok tersebut telah mendapat giliran untuk
memainkan peranan sebagai guru dan observer, maka praktikan
microteaching dapat dilanjutkan dengan menggunakan murid yang
sebenarnya. Bahkan tahap ini sangat penting, karena situasi dan kondisi
proses belajar-mengajar berlangsung dengan sebenarnya. Praktik dengan
murid ini juga dilakukan seperti pada peer teaching dengan melakukan
observasi/perekaman.
Langkah ke 5
1) Apabila ketika praktik micro-teaching dilakukan dengan perekaman
ATR/VTR, maka pada langkah ke 5 ini hendaknya dilakukan pemutaran
kembali (play back) dari rekaman itu, sehingga calon guru dapat
mengobservasi dirinya sendiri;
2) Sesudah itu, calon dimintakan pendapatnya tentang praktik/latihannya tadi,
dan dengan pertanyaan-pertanyaan dari supervisor serta pendapat-pendapat
dari calon dan teman-temannya yang ikut bertindak sebagai observer,
lakukanlah diskusi untuk menganalisa latihan tadi;
3) Pada akhir diskusi harus dicapai kesepakatan antara calon guru dengan
supervisor tentang segi-segi yang telah memuaskan dan segi -segi yang
belum memuaskan, hal ini sangat penting sebagai balikan yang segera harus
diperbaiki apabila diadakan praktik ulang (re-teach);
4) Apabila praktik ulang tidak memungkinkan karena adanya rasa jenuh yang
dirasakan praktikan, maka sebagai solusinya adalah melalui pemberian
tugas-tugas atau memberi kesimpulan dari kelebihan dan kekurangannya.
Langkah ke 6
Langkah ini menyerupai pada langkah ke 3, 4 dan 5, yakni perencanaan
kembali, praktik ulang dan perekaman/observasi serta diskusi. Langkah ini
dilakukan bila dianggap terdapat hal-hal yang segera harus diperbaiki. Terdapat
pula kemungkinan bahwa langkah-langkah ini ditangguhkan pada kesempatan
berikutnya atau cukup dengan memberikan catatan-catatan kesimpulan dari hasil
penampilannya.
Yang diperlukan dalam microteaching adanya umpan-balik. Agar umpanbalik tersebut bersifat objektif, maka diperlukan alat-alat pencatat yang bersifat
akurat, misalnya ATR (audio-tape-recorder) ataupun VTR (vedeo -tape-recorder).
Penggunaan tersebut menuntut pengaturan tempat duduk yang khusus,
agar dalam pengaturan peralatan tersebut tidak mengganggu murid dan guru yang
sedang terlibat dalam interaksi belajar-mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
S.L.La. Sulo et al. (1980). Micro- Teaching. Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
______. (1985). Pengajaran Mikro. Jakarta: Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru (P3G). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
JANGAN MALU KARENA LAHIR MISKIN, Tapi, MALULAH KARENA MATI MISKIN... !!! SALAM TRIPANJI...!!! Ut Omnes Unum Sint, Syalom
KULIAH BUKAN UNTUK MENCARI IJAZAH..TAPI, UNTUK BELAJAR
"Seribu Orang Tua Hanya Bisa Bermimpi. Tetapi seorang Pemuda Bisa Mengubah Dunia""Saat Kita Punya Sedikit saja rasa peduli akan SEKITAR. Disitu Kita telah Memperbaiki Kualitas Pendidikan Negara Kita"
(bernata manalu)
Selasa, 24 Februari 2015
MICRO- TEACHING
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar