KULIAH BUKAN UNTUK MENCARI IJAZAH..TAPI, UNTUK BELAJAR

"Seribu Orang Tua Hanya Bisa Bermimpi. Tetapi seorang Pemuda Bisa Mengubah Dunia"

"Saat Kita Punya Sedikit saja rasa peduli akan SEKITAR. Disitu Kita telah Memperbaiki Kualitas Pendidikan Negara Kita"

(bernata manalu)

Jumat, 20 Maret 2015

PEMUDA BERBICARA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA-DIES NATALIES GMKI KE-62 GMKI CABANG MEDAN




MERAJUT PERSAUDARAAN Dalam KEBHINNEKAAN



 



    





Lomba Menulis Artikel oleh  GMKI Cabang Medan
Thema : Pemuda Berbicara Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Utara
Dalam rangka memeriahkan Dies Natalis GMKI Cabang Medan Ke-62



*) Bernata Manalu
Bernatamanalu.blogspot.com
gmkiftunimed.blogspot.com
Tidak ada Persatuan tanpa Perbedaan
Pernyataan itu bukan tidak sering kita dengar baik secara lisan maupun dari media sosial. Kata “Persatuan” akan berlaku hanya jika ada “Perbedaan”. Betapa tidak, jika bukan karena perbedaan itu maka tidak akan ada yang perlu dipersatukan.
Perbedaan memang kerap kali menjadi mesiu pemicu kesalahpahaman bahkan pertikaian.Sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman, kita dituntut untuk  lebih menghargai keberagaman itu. Jangan sampai itu menjadi palu pemukul yang meretakkan bahkan menghancurkan bangsa kita.
Berbicara mengenai kerukunan tentu berbicara mengenai perbedaan pula karena perbedaanlah yang membutuhkan hal itu. Negara kita adalah Negara yang kaya akan Ras, Suku, Adat, Agama dan masih banyak hal lainya yang memperkaya bangsa kita. Sampai saat ini negara Indonesia memiliki 6 Kepercayaan yang diakui sebagai Agama. Agama mempunyai pengaruh yang besar akan karakter maupun moral dan etika keseharian orang-orang di negara ini. Keberagaman kepercayaan ini juga sangat mempengaruhi yang namanya persaudaraan di negara ini. Namun, perbedaan itu jugalah yang membuat nama negara ini besar dan dikenal di penjuru dunia.
   POSISI PEMUDA DALAM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Ditengah kayanya keberagaman di negara ini, Provinsi Sumatera utara menjadi salah satu penyuplai keragaman itu. Hal ini tampak jelas dalam kehidupan kita sehari-hari yang berdomisili di daeerah Sumatera Utara. Sebagai agen perubahan yang kerap diberikan bagi mereka yang sedang memundak jabatan sebagai mahasiswa tentunya itu menjadi sebuah tanggungjawab yaitu menjaga kelestarian umat beragama. Kerukunan berarti saling mengakui keberadaan dengan saling menghargai setiap perihal-perihal masing-masing kepercayaan. Dalam kehidupan Mahasiswa di Sumatera Utara tak jarang Keberagaman ini menjadi pemecah. Hal itu sebenarnya akibat dari rasa cinta terhadap kepercayaan masing-masing. Namum, ada juga orang-orang yang memang motifnya untuk memecahbelah kerukunan yang sudah terpelihara. Disinilah kekritisan kita diuji sebagai kaum intelektual yaitu bagaimana kita dalam merespon hal itu. Sebagai salah satu provinsi yang besar di Negara ini, Sumatera Utara memang sangat rentan akan problem semacam itu.
Problema itu bisa kita lihat secara nyata di kehidupan kita sebagai generasi penerus bangsa. Kehidupan orang-orang muda erat dengan yang namanya kelompok-kelompok maupun organisasi.Organisasi kemahasiswaan, organisasi kemsyarakatan yang berbau Agama adalah gambaran nyata dari hal itu. Tak jarang organisasi-organisasi seperti itu maupun semacamnya dijadikan media untuk memberi gambaran yang kurang etis terhadap organisasi lainya. Disitulah kita diuji tentang reaksi kita untuk menanggapinya. Apakah dengan memberi tanggapan sebagaimana kita diuji atau mau meralat hal yang sebenarnya sudah menjadi virus yang bisa menghancurkan persaudaraan. Bisa dibilang pemuda itu adalah sasaran dari semua kebijakan-kebijakan dari ajaran agamanya. Perilaku npemuda adalah gambaran dari bagaimana norma akan agamanya. Tapi tak jarang pula ada oknum yang sengaja bertingkah untuk membuat sesamanya bertindak rasis.
Berbagai insiden yang di Sumatera Utara tidak pernah lepas dari keberadaan para pemuda. Agama di kalangan pemuda adalah hal yang sangat sensitif. Hal itu dikarenakan semangat pemuda itu cenderung masih dikuasai oleh emosionalnya yang masih labil. Untuk menjaga kerukunan umat beragama di Sumatera Utara sudah seharusnyalah Pemerintah dan mereka yang menjadi ahli-ahli Religius untuk mengarahkan semangat para pemuda sehingga tidak menjadi salah arah. Kehidupan pemuda di Sumatera Utara dalam keseharianya memang tidak begitu memandang apa dan siapa orang-orang di sekitarnya.Rasa kebersamaan dan kekompakan yang sangat kuat menjadi kebanggaan buat kita yang hidup di Sumatera Utara. Itu juga tidak lepas dari peranaktif dari mereka yang  melayani dimna para pemuda beraktivitas. Seperti di sekolah, kampus juga tempat-tempat ibadah yang selalu mengajarkan perlunya kerukunan. Keberagaman lainya seperti Suku, Adat istiadat juga menjadi factor yang menopang hal itu.Dalam hal ini Sumateta utara juga mempunyai forum yang mempunyai misi memelihara kerukunan umat beragama yang dinamakan Forum Lintas Pemuda. Tetapi, kerukunan di Sumtera Utara terpelihara tidak semata-mata karena keberadaan Forum ini melainkan jiwa kebersamaan itulah yang membangun karakter-karakter pemudanya.
Banyanya etnis dan suku di Sumatera Utara juga sangat berpengaruh terhadap kerukunan umat beragama itu sendiri. Betapa tidak wilayah yang awalnya hanya didiami oleh satu etnis saja dengan beberapa kepercayaan sudah ditambah  lagi dengan etnis baru yang pasti juga dengan karakter yang baru pula. Dan itu juga membawa perubahan dari yang sperti biasanya. Berkurangnya kawasan tempat-tempat umum yang mana menjadi wadah bagi para pemuda untuk mengisi kekosongan. Pemerintah harus bijak untuk mengarahkan para pemudanya dengan menfasilitasi berbagai hal-hal yang tidak lepas dari pelestarian umat Bergama itu sendiri.
“ Akidah Terjamin, Kerukunan Terjalin.
Itulah motto Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) .
Motto inilah yang menjadi jembatan untuk menyampaikan kerukunan umat beragama di Sumatera Utara supaya tidak membesarkan perbedaan dan memprioritaskan adanya persamaan.Tetapi menumbuhkan persaudaraan yang kental ditengah-tengah perbedaan itu.  Upaya menanamkan kerukunan di Sumatera Utara dengan melestarikan persamaan itu bukan berarti mencampuradukkan perbedaan yang ada. Kepercayaan dan norma masing-masing pemeluk  agama harus tetap dijunjung tinggi, yang harus diupayakan  adalah terjalinya kerukunan antar umat beragama demi tercapainya keharmonisan hidup dalam keberagaman, saling memberi, membantu dengan tidak menjadika perbedaan agama sebagai sudut pandang dalam berperilaku sehari-hari. Untuk mewujudnyatakan hal itu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara membentuk tiga pilar kerukunan yaitu :
1)   FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama),
2)   Forum Lintas Pemuda, dan
3)   FORKALA (Forum Lembaga Adat dan Budaya).
Kerukunan umat beragama di Sumatera Utara sampai saat ini memang masih tergolong kondusif. Dan harapan dan tanggungjawab kita bersama untuk menjaga juga menghormati kerukunan itu di Sumatera Utara  juga di Negara Kita Indonesia untuk waktu yang tidak ditentukan. Keberhasilan ini berkat kerjasama berbagai pihak, seperti adanya tiga pilar kerukunan yang konsekuen mendukung terjalinnya kerukunan.Tiga pilar ini bersama pemerintah Daerah dan Departemen Agama dan majelis-majelis agama secara sinergi membina umat beragama. Kondisi kerukunan di Sumatera Hal ini diupayakan bukan hanya pada tataran pertemuan, seremonial tetapi menjadi kebutuhan masyarakat.
 Berdasarkan data yang saya dapat dari mediua sosial Wikipedia, Sumatera Utara yang mempunyai luas wilayah 71.680,68 Km2 berpenduduk 12.982.204 jiwa. Komposisi umat beragama: umat Islam sebanyak 8.579.983 jiwa (66,09 persen), Kristen Protestan dan Katolik 4.024.483 jiwa (31 persen), Hindu 14.28 jiwa (0,11 persen), Budha 303.783 jiwa (2,34 persen), dan lain-lain 389.456 jiwa  (2,9 persen).
Pemeluk agama Islam terbanyak berada di 18 kota dan kabupaten, yakni di
: Tapanuli Selatan, Mandailing Natal,Langkat, Asahan, Deli Serdang, Labuhan Batu, Medan, Serdang Bedagai, Sibolga,Tanjung Balai, Binjai, Tebing tinggi, Padang Sidempuan, Batubara, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Labuhan Batu Utara, dan Labuhan Batu Selatan. Sementara umat Kristen terbanyak di sembilan kota dan kabupaten, yakni : Tapanuli Utara, Nias, Nias Selatan, Karo, Dairi, Toba Samosir, Samosir, Pakpak Barat, dan Humbang Hasundutan.
Sedangkan jumlah umat Islam dan Kristen hampir berimbang berada di Tapanuli Tengah dan Pematang Siantar. Dari 12.982.204 jiwa penduduk dan pemeluk agama di Sumatera Utara, telah berdiri 9.199 masjid, 10.325 mushalla, 10.277 gereja Kristen, 2.124 gereja katolik, 63 kuil, 367 vihara, dan 77 cetiya. Hal-hal yang menggoyang kerukunan di Sumatera Utara yakni :Jumlah penduduk yang cukup besar, Kemajemukan dalam etnis, Suku, Budaya, Agama, perbedaan tingkat pendidikan dan lingkungan, masih adanya aliran sempatan, masih adanya sebagian kecil penduduk yang belum menganut agama resmi yang diakui (di pedalaman), Bergesernya nilai-nilai agama dan budaya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi serta dampak negatif pembangunan. Hal yang rawan dalam pembinaan kerukunan umat beragama kadang juga karena pendirian rumah ibadah yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,  penyiaran agama kepada orang yang sudah menganut agama tertentu dengan imbalan materi (umumnya di daerah terpencil), perselisihan pribadi, kelompok, organisasi, yang akhirnya berkembang menjadi konflik keagamaan, adanya kelompok secara diam-diam mengadu domba umat dengan menyebar selebaran berbau SARA atau semacamnya, dan penggunaan rumah tempat tinggal atau rumah toko (ruko) menjadi tempat peribadatan dan sebagainya.

Persatuan dan kesatuan yang hakiki akan menciptakan kerukunan yang abadi. Kerukunan abadi akan mewujudkan bangsa yang makmur dan bermartabat. -Bangsa yang bermartabat akan mengangkat citra negara serta dapat menggugah pandangan bangsa untuk meneladaninya”.

Sebagai kader Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), kita juga dituntut untuk  kontribusi dalam mewujunyatakan kerukunan itu. Menjunjung tinggi nilai-nilai kekristenan dengan menjaga keutuhan kerukunan beragama sebagaimana tertulis di konstitusi Grekan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Menjadi kaum yang menggagas indahnya persaudaraan yang menghidupkan sebagaimana tema Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia saat ini.

KEINDAHAN ADA KARENA PERBEDAAN
“TIDAK ADA PERSATUAN TANPA PERBEDAAN”
Salam Persaudaraan dari WASEK Organisasi dan Komunikasi GMKI Komisariat FT-UNIMED M.B 2014/2015.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar