MERAJUT PERSAUDARAAN Dalam KEBHINNEKAAN
Lomba Menulis Artikel oleh GMKI Cabang Medan
Thema
: Pemuda Berbicara Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Utara
Dalam
rangka memeriahkan Dies Natalis GMKI Cabang Medan Ke-62
*)
Bernata Manalu
Bernatamanalu.blogspot.com
gmkiftunimed.blogspot.com
“Tidak ada Persatuan
tanpa Perbedaan”
Pernyataan itu bukan tidak sering
kita dengar baik secara lisan maupun dari media sosial. Kata “Persatuan” akan
berlaku hanya jika ada “Perbedaan”. Betapa tidak, jika bukan karena perbedaan
itu maka tidak akan ada yang perlu dipersatukan.
Perbedaan memang kerap kali
menjadi mesiu pemicu kesalahpahaman bahkan pertikaian.Sebagai bangsa yang kaya
akan keberagaman, kita dituntut untuk
lebih menghargai keberagaman itu. Jangan sampai itu menjadi palu pemukul
yang meretakkan bahkan menghancurkan bangsa kita.
Berbicara
mengenai kerukunan tentu berbicara mengenai perbedaan pula karena perbedaanlah
yang membutuhkan hal itu. Negara kita adalah Negara yang kaya akan Ras, Suku, Adat, Agama dan masih
banyak hal lainya yang memperkaya bangsa kita. Sampai saat ini negara Indonesia
memiliki 6 Kepercayaan yang diakui sebagai Agama. Agama mempunyai pengaruh yang
besar akan karakter maupun moral dan etika
keseharian orang-orang di negara ini. Keberagaman kepercayaan ini juga sangat
mempengaruhi yang namanya persaudaraan di negara ini. Namun, perbedaan itu
jugalah yang membuat nama negara ini besar dan dikenal di penjuru dunia.
POSISI
PEMUDA DALAM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Ditengah kayanya keberagaman di
negara ini, Provinsi Sumatera utara menjadi salah satu penyuplai keragaman itu.
Hal ini tampak jelas dalam kehidupan kita sehari-hari yang berdomisili di daeerah
Sumatera Utara. Sebagai agen perubahan yang kerap diberikan bagi
mereka yang sedang memundak jabatan sebagai mahasiswa tentunya itu menjadi
sebuah tanggungjawab yaitu menjaga kelestarian umat beragama. Kerukunan berarti
saling mengakui keberadaan dengan saling menghargai setiap perihal-perihal
masing-masing kepercayaan. Dalam kehidupan Mahasiswa di Sumatera Utara tak
jarang Keberagaman ini menjadi pemecah. Hal itu sebenarnya akibat dari rasa
cinta terhadap kepercayaan masing-masing. Namum, ada juga orang-orang yang
memang motifnya untuk memecahbelah kerukunan yang sudah terpelihara. Disinilah
kekritisan kita diuji sebagai kaum intelektual yaitu bagaimana kita dalam
merespon hal itu. Sebagai salah satu provinsi yang besar di Negara ini,
Sumatera Utara memang sangat rentan akan problem semacam itu.
Problema
itu bisa kita lihat secara nyata di kehidupan kita sebagai generasi penerus
bangsa. Kehidupan orang-orang muda erat dengan yang namanya kelompok-kelompok
maupun organisasi.Organisasi kemahasiswaan, organisasi kemsyarakatan yang
berbau Agama adalah gambaran nyata dari hal itu. Tak jarang
organisasi-organisasi seperti itu maupun semacamnya dijadikan media untuk
memberi gambaran yang kurang etis terhadap organisasi lainya. Disitulah kita
diuji tentang reaksi kita untuk menanggapinya. Apakah dengan memberi tanggapan
sebagaimana kita diuji atau mau meralat hal yang sebenarnya sudah menjadi virus
yang bisa menghancurkan persaudaraan. Bisa dibilang pemuda itu adalah sasaran
dari semua kebijakan-kebijakan dari ajaran agamanya. Perilaku npemuda adalah
gambaran dari bagaimana norma akan agamanya. Tapi tak jarang pula ada oknum
yang sengaja bertingkah untuk membuat sesamanya bertindak rasis.
Berbagai
insiden yang di Sumatera Utara tidak pernah lepas dari keberadaan para pemuda.
Agama di kalangan pemuda adalah hal yang sangat sensitif. Hal itu dikarenakan
semangat pemuda itu cenderung masih dikuasai oleh emosionalnya yang masih
labil. Untuk menjaga kerukunan umat beragama di Sumatera Utara sudah
seharusnyalah Pemerintah dan mereka yang menjadi ahli-ahli Religius untuk
mengarahkan semangat para pemuda sehingga tidak menjadi salah arah. Kehidupan
pemuda di Sumatera Utara dalam keseharianya memang tidak begitu memandang apa
dan siapa orang-orang di sekitarnya.Rasa kebersamaan dan kekompakan yang sangat
kuat menjadi kebanggaan buat kita yang hidup di Sumatera Utara. Itu juga tidak
lepas dari peranaktif dari mereka yang
melayani dimna para pemuda beraktivitas. Seperti di sekolah, kampus juga
tempat-tempat ibadah yang selalu mengajarkan perlunya kerukunan. Keberagaman
lainya seperti Suku, Adat istiadat juga menjadi factor yang menopang hal
itu.Dalam hal ini Sumateta utara juga mempunyai forum yang mempunyai misi
memelihara kerukunan umat beragama yang dinamakan Forum Lintas Pemuda. Tetapi,
kerukunan di Sumtera Utara terpelihara tidak semata-mata karena keberadaan
Forum ini melainkan jiwa kebersamaan itulah yang membangun karakter-karakter
pemudanya.
Banyanya
etnis dan suku di Sumatera Utara juga sangat berpengaruh terhadap kerukunan
umat beragama itu sendiri. Betapa tidak wilayah yang awalnya hanya didiami oleh
satu etnis saja dengan beberapa kepercayaan sudah ditambah lagi dengan etnis baru yang pasti juga dengan
karakter yang baru pula. Dan itu juga membawa perubahan dari yang sperti
biasanya. Berkurangnya kawasan tempat-tempat umum yang mana menjadi wadah bagi
para pemuda untuk mengisi kekosongan. Pemerintah harus bijak untuk mengarahkan
para pemudanya dengan menfasilitasi berbagai hal-hal yang tidak lepas dari
pelestarian umat Bergama itu sendiri.
“ Akidah Terjamin, Kerukunan Terjalin”.
Itulah motto Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) .
Motto inilah yang
menjadi jembatan
untuk menyampaikan
kerukunan umat
beragama di Sumatera Utara supaya
tidak membesarkan perbedaan dan memprioritaskan adanya persamaan.Tetapi
menumbuhkan persaudaraan yang kental ditengah-tengah perbedaan itu. Upaya menanamkan kerukunan di Sumatera Utara
dengan melestarikan
persamaan itu
bukan berarti mencampuradukkan perbedaan yang ada. Kepercayaan
dan norma
masing-masing pemeluk agama harus
tetap dijunjung tinggi,
yang harus diupayakan adalah
terjalinya
kerukunan antar umat beragama demi tercapainya keharmonisan hidup
dalam keberagaman,
saling memberi, membantu dengan tidak menjadika perbedaan agama sebagai sudut
pandang dalam berperilaku sehari-hari. Untuk mewujudnyatakan hal itu Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara membentuk tiga pilar kerukunan yaitu :
1) FKUB (Forum
Kerukunan Umat Beragama),
2) Forum Lintas Pemuda, dan
3) FORKALA (Forum Lembaga Adat dan Budaya).
Kerukunan
umat beragama di Sumatera Utara sampai saat ini memang masih tergolong
kondusif. Dan harapan dan tanggungjawab kita bersama untuk menjaga juga
menghormati kerukunan itu di Sumatera Utara
juga di Negara Kita Indonesia untuk waktu yang tidak ditentukan. Keberhasilan ini berkat kerjasama
berbagai pihak, seperti adanya tiga pilar kerukunan yang konsekuen mendukung
terjalinnya kerukunan.Tiga pilar ini bersama pemerintah Daerah dan Departemen
Agama dan majelis-majelis agama secara sinergi membina umat beragama. Kondisi
kerukunan di Sumatera Hal ini diupayakan bukan hanya pada tataran pertemuan,
seremonial tetapi menjadi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan data yang saya
dapat dari mediua sosial Wikipedia,
Sumatera Utara yang mempunyai luas wilayah 71.680,68 Km2 berpenduduk 12.982.204 jiwa. Komposisi umat beragama:
umat Islam sebanyak 8.579.983 jiwa
(66,09
persen), Kristen Protestan dan Katolik 4.024.483 jiwa (31 persen), Hindu 14.28
jiwa (0,11 persen), Budha 303.783
jiwa (2,34 persen), dan
lain-lain 389.456
jiwa (2,9 persen).
Pemeluk agama Islam terbanyak berada di 18 kota dan kabupaten, yakni di : Tapanuli Selatan, Mandailing Natal,Langkat, Asahan, Deli Serdang, Labuhan Batu, Medan, Serdang Bedagai, Sibolga,Tanjung Balai, Binjai, Tebing tinggi, Padang Sidempuan, Batubara, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Labuhan Batu Utara, dan Labuhan Batu Selatan. Sementara umat Kristen terbanyak di sembilan kota dan kabupaten, yakni : Tapanuli Utara, Nias, Nias Selatan, Karo, Dairi, Toba Samosir, Samosir, Pakpak Barat, dan Humbang Hasundutan.
Pemeluk agama Islam terbanyak berada di 18 kota dan kabupaten, yakni di : Tapanuli Selatan, Mandailing Natal,Langkat, Asahan, Deli Serdang, Labuhan Batu, Medan, Serdang Bedagai, Sibolga,Tanjung Balai, Binjai, Tebing tinggi, Padang Sidempuan, Batubara, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Labuhan Batu Utara, dan Labuhan Batu Selatan. Sementara umat Kristen terbanyak di sembilan kota dan kabupaten, yakni : Tapanuli Utara, Nias, Nias Selatan, Karo, Dairi, Toba Samosir, Samosir, Pakpak Barat, dan Humbang Hasundutan.
Sedangkan jumlah umat Islam dan Kristen
hampir berimbang berada di Tapanuli Tengah dan Pematang Siantar. Dari 12.982.204 jiwa penduduk dan pemeluk agama
di Sumatera Utara, telah berdiri 9.199 masjid, 10.325 mushalla, 10.277 gereja
Kristen, 2.124 gereja katolik, 63 kuil, 367 vihara, dan 77 cetiya.
Hal-hal yang menggoyang kerukunan di Sumatera Utara yakni :Jumlah penduduk yang cukup besar, Kemajemukan
dalam etnis, Suku, Budaya, Agama, perbedaan tingkat pendidikan dan
lingkungan, masih
adanya aliran sempatan, masih
adanya sebagian kecil penduduk yang belum menganut agama resmi yang diakui (di
pedalaman), Bergesernya
nilai-nilai agama dan budaya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
globalisasi serta dampak negatif pembangunan. Hal yang rawan dalam pembinaan
kerukunan umat beragama kadang
juga karena pendirian rumah ibadah yang tidak sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku, penyiaran agama kepada orang yang sudah
menganut agama tertentu dengan imbalan materi (umumnya di daerah terpencil),
perselisihan
pribadi, kelompok, organisasi, yang akhirnya berkembang menjadi konflik
keagamaan, adanya
kelompok secara diam-diam mengadu domba umat dengan menyebar selebaran berbau SARA atau semacamnya,
dan penggunaan rumah
tempat tinggal atau rumah toko (ruko) menjadi tempat peribadatan dan sebagainya.
“Persatuan
dan kesatuan yang hakiki akan menciptakan kerukunan yang abadi.
Kerukunan abadi akan mewujudkan bangsa yang makmur dan bermartabat. -Bangsa
yang bermartabat akan mengangkat citra negara serta dapat menggugah pandangan bangsa untuk meneladaninya”.
Sebagai
kader Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), kita juga dituntut untuk kontribusi dalam mewujunyatakan kerukunan
itu. Menjunjung tinggi nilai-nilai kekristenan dengan menjaga keutuhan
kerukunan beragama sebagaimana tertulis di konstitusi Grekan Mahasiswa Kristen
Indonesia (GMKI). Menjadi kaum yang menggagas indahnya persaudaraan yang
menghidupkan sebagaimana tema Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia saat ini.
“KEINDAHAN ADA KARENA PERBEDAAN”
“TIDAK ADA PERSATUAN TANPA PERBEDAAN”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar